Tujuan utama pasaran
karet (hevea brasiliensis)
ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk
karet Indonesia menghadapi persaingan ketat pasar karet Dunia maka semua pihak berupaya
meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi, dengan tetap menjaga Kelestarian
lingkungan (Aspek K-3).
II.
SYARAT PERTUMBUHAN
- Suhu udara 240C -
280C.
- Curah hujan
1.500-2.000 mm/tahun.
- Penyinaran
matahari antara 5-7 jam/hari.
- Kelembaban tinggi
- Kondisi tanah
subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
Kambing merupakan
salah satu jenis hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat baik skala
kecil atau besar. Kebanyakan Peternak kambing masih menggunakan cara berternak
tradisional dimana kambing di siang hari dilepas ke ladang atau sawah dan
peternak mencari rumput disawah atau di ladang. Tentu cara ini sangat
menyita waktu dan tenaga. Disamping itu sangat tergantung dari hijauaan yang
tersedia.
Bagaimana
agar ternak kambing bisa mendatangkan Rupiah yang manis dan peternak dapat
duduk manis sembari menikmati kopi ? Salah satu cara adalah dengan
mengintensifkan pola ternak kambing/domba dengan cara kambing di masukkan dalam
kandang baterei sperti ayam petelur juga penggunaan pakan kosentrat dan tidak
lagi tergantung dari hijauan.
Apakah cara tersebut
menguntungkan ? Tentu cara ini lebih menguntungkan baik Rupiah, efesiensi waktu
dan tenaga serta lebih terkontrol. Lalu bagaimana dengan harga kosentrat untuk
kambing/domba ? Semua bisa diatur dan disiasati dengan menggunakan limbah pertaniaan
yang ada disekitar.
harga kosentrat Rp.
1200,-/kg (bisa
kurang kalau buat sendiri)
pertambahan per bulan
rata-rata 4,5 kg
harga jual Rp. 21.000,- (harga terendah saat ini)
Kalau bibit
kambing/domba diambil rata-rata 14 kg/ekor maka : 14 x 23.000 = Rp. 322.000,-/ekor
Jika dijual 6 bulan
kedepan maka :
Petambahan berat
:4,5 x6 = 27 kg
Jadi berat kambing
waktu dijual rata-rata 14 + 27 = 41 kg
Pendapatan kotor 41
x 21.000 = Rp. 861.000,-/kg
Total biaya yang
dikeluarkan :
Biaya pakan : 1200 x
30 x 6 = Rp. 216.000,-/ekor
Biaya
bibit : 23.000 x 14 = Rp. 322.000,-/ekor
Total biaya
operasional perekor kambing = Rp.538.000,-
(belum termasuk
biaya tenaga kerja dianggap dikerjakan sendiri)
Jadi total
pendapatan bersih : 861.000 – 538.000 = Rp.
323.000/ekor
Dari hasil
perhitungan tersebut Anda bisa mengitung sendiri perkiraan pendapatan yang akan
diperoleh jika jumlah ternak le bih banyak.Dari
pengalamanbeberapa peternak 1 orang
tenaga (pegawai) dapat mengurusi/merawat kambing sebanyak 150 ekor dan dari
pengamatan webinfobisnis.com
banyak nganggurnya.
Bagaimana agar
penghasilan bisa lebih besar lagi ? Anda harus bisa memanfaatkan limbah
pertanian dan ternak ayam sebagai menu pakan kambing. Bahan yang dapat Anda
gunakan untuk kosentrat kambing antara lain :
limbah kangkung (rendeng
kangkung)
kulit dan batang kedelai
kulit ari kopra
katul
kulit kopi
kelenteng (biji kapuk)
jerami
kulit kacang
katul
kotoran ayam
Bahan-bahan tersebut
dicampur kemudian difermentasi dengan bakteri probiotik. Tujuan fermentasi
adalah untuk membunuh bakteri merugikan dan meningkatkan protein serta dapat
menghilangkan bau kotoran sehingga ternak akan lebih sehat.
Sebagai catatan
sebaiknya gunakan limbah lokal yang terdapat di sekitar.
Tingkat dan kualitas
produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan
antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan
yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca
/iklim, serta teknis budidaya petani.
Pemerintah selalu berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas
dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1.
Iklim
Curah hujan ideal
40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit
sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok ditanam di dataran
rendah hingga ketinggian 600 m dpl.
2.2.
Media Tanam
Kondisi tanah cukup
gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang
telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir. Keasaman tanah (pH) 6
- 6,7.
Tanaman Kakao
merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah
yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon
alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor
pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan
rendah.
PT. Natural
Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan
produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program
peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep
kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
1.
Persiapan Lahan
- Bersihkan
alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman
penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria
javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum
untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga
tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam
setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga
tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)
2.
Pembibitan
- Biji kakao untuk
benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang
telah cukup umur
- Sebelum
dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu
gosok
- Karena biji kakao
tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan
dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag
ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah
dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah
dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat
digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar
polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan
buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit
dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma
melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N
P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2
bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan
dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA
dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau
semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap
naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama &
penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat
punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan
PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada
serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang
sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon
3.
Penanaman
a.
Pengajiran
- Ajir dibuat dari
bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk
sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan
ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama
b.
Lubang Tanam
- Ukuran lubang
tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk
kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang
c.
Tanam Bibit
- Pada saat bibit
kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah
berumur 1 tahun
- Penanaman kakao
dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan
pohon kelapa
- Bibit dipindahkan
ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit
umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat
hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan
sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)
4.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang
pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk
kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :
Tabel Pemupukan
Tanaman Coklat
UMUR
(bulan)
Dosis
pupuk Makro (per ha)
Urea
(kg)
TSP
(kg)
MOP/
KCl (kg)
Kieserite
(MgSO4)
(kg)
2
15
15
8
8
6
15
15
8
8
10
25
25
12
12
14
30
30
15
15
18
30
30
45
15
22
30
30
45
15
28
160
250
250
60
32
160
200
250
60
36
140
250
250
80
42
140
200
250
80
Dst
Dilakukan analisa
tanah
Dosis
POC NASA mulai awal tanam :
0 – 24
2-3 tutup/
diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 4 - 5 bulan
sekali
> 24
3-4 tutup/
diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 3 – 4 bulan
sekali ( sesekali bisa juga disemprotkan ke tanaman )
Dosis
POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC
NASA :
- Tahap 1 :
Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln, Dosis 3-4
tutup/ pohon
- Tahap 2 :
Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali, Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan lebih
baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1
botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000
ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml
larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
5.
Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.
c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.
e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.
f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.
g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.
h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.
7.
Panen
Saat petik
persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap
buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan
menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak
bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan
terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6
bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik
dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada
pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu
hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang
kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.
8.
Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap
awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp,
menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan
cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji
kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan
sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C
(60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk
mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji
kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan
hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.